Adanya Celah untuk
korupsi di ukm Warteg “Sumber Sari”
Ketidaksengajaan ini saya temukan
ketika sedang membeli lauk untuk makan. Ternyata warung tersebut dikelola oleh
orang lain / bukan sang owner sendiri. Sang owner tidak langsung turun tangan
di warungnya karena sibuk. Sistem yang dia pakai adalah, masakan tersebut
dibuat sendiri dirumah lalu diantarkan di warung dan dijaga oleh seorang
pegawai. Dimana celah untuk sang pegawai melakukan kecurangan?
Pada bagian sayur – sayurannya.
Bagaimana demikian? Karena ada kalanya di sebuah warung makan seseorang hanya
membeli sayurnya saja atau bahkan sambal nya saja, dan tidak ada ukuran pasti
untuk sebuah sayur dan sambal. Maka dari itu uangnya bisa di simpan sendiri
oleh sang pegawai tanpa adanya laporan.
Saya mencoba memikirkan solusi untuk
sang pemilik seandainya praktek ini dilakukan oleh sang pegawai. Tetapi saya
pikir cukup sulit untuk mencari solusi dari sebuah sayur yang bahkan tidak ada
ukuran pastinya, berbeda dengan lauk yang mungkin bisa dihitung dari rumah
dengan hitungan yang pasti dan tidak akan ada sela untuk sang pegawai.
Saya mencoba memikirkan agar setiap
pegawai yang hanya membeli sayur, memberikan tanda tangannya untuk setiap
pembelian. Tetapi saya pikir mustahil, karena terlalu menyusahkan sang pembeli
dan terkesan tidak penting untuk sang pembeli dan tetap ada sela untuk sang
pegawai memalsukan tanda tangan.
Saya mencoba berpikir untuk solusi
berikutnya yaitu dengan mengemas sayur tersebut dengan hitungan harga yaitu per
3000 rupiah. Tetapi menurut saya kembali kurang efektif untuk sang pembeli yang
ingin makan langsung di tempat. Karena tidak mungkin setiap ada pelanggan yang
datang dan ingin makan di tempat si pegawai harus membuka kemasan 3000 rupiah
tersebut.
Jadi menurut saya, satu satunya yang
harus dilakukan si pemilik adalah dengan solusi kombinasi, yaitu dengan
mengemas sayur dan meminimalisir pembuatan sayur untuk orang – orang yang makan
di tempat agar sebisa mungkin si pegawai sulit untuk melakukan korupsi. Jadi sang
pemilik mengemas sayur dengan harga 3000 rupiah tersebut untuk pelanggan yang
sekiranya hanya membeli sayur untuk di bawa kerumah dan membuat sayur dengan
tempat besar tetapi dengan stok yang disesuaikan penjualan untuk meminimalisir
sang pegawai melakukan korupsi.
Tentu solusi ini tetap memiliki
kesempatan untuk di lakukannya korupsi, tetapi saya pikir ini masih solusi
terbaik untuk sang pemilik setidaknya meminimalisir sang pegawai untuk
melakukan korupsi